Menurut saya dari obrolan santai dengan teman saya ini, ada hal pembelajaran inspirasi yang menarik, jadi coba saya rangkum dan tulis saja di blog ini, semoga ada hal positif yang bermanfaat, langsung saja seperti ini kisahnya
Obrolan kali ini bercerita masa lalunya yang penuh perjuangan, kelahiran putra pertamanya menjalani perawatan hingga bayi yang baru lahir harus ditransfusi sebanyak 15 kantong darah.
Kejadian ini saat ramadhan dimana keesokan harinya lebaran, teman saya ini masih sibuk mencari pendonor darah, tidak hanya itu rumah sakit tempat dirawat di tegal sedangkan domisilinya di Pemalang, jadi memakan jarak tempuh setiap hari bolak-balik.
Ada dua hal yang diceritakan yang berkesan dan membuat teringat sampai sekarang, dalam mencari pendonor darah, teman saya ini mendatangi temannya yang masih bekerja, dimintain tolong untuk mendonorkan darahnya, saking terdesaknya mencari golongan yang sama dengan putranya ini tidak mudah, teman saya ini menawarkan mengganti upah kerja sehari, agar temannya ini mau, dan akhirnya pun mau.
Kemudian bapak kandung teman saya ini yang juga cucu dari bayi ini, sudah perjalanan dari pemalang ke tegal sesampainya di PMI tidak diperbolehkan donor darah yang jadi penyebabnya adalah usia, dan tidak pernah donor darah sama sekali, teman saya mengatakan "darahnya sudah ekspired".
Sang bapak pun bersedih karena sesekali ingin menolong cucunya melalui darahnya tetapi tidak bisa diambil darahnya.
Kejadian itu selesai, menjadikan pembelajaran bagi teman saya ini dalam hal donor darah, teman saya ini pun jadi rutin mau mendonorkan darahnya ketika ada orang yang membutuhkannya.
Bahkan tidak hanya itu, teman-teman dekatnya juga diedukasi diajak agar mau donor darah.
Cara mengajaknya pun sesuai dengan apa yang pernah dialaminya yaitu menceritakan bapaknya yang tidak bisa mendonorkan darahnya karena sudah ekspired.
Sahabat teman dekatnya diajak untuk donor darah meski sekali.
Berharap agar jangan sampai kejadian itu terulang kepada teman-temannya, untuk itu mengajak teman-temannya donorlah meski sekali.
"Lho kok donor darah sekali mas ? rutin dong" tanya saya kepada teman saya ini.
Dikatakan teman-temannya ini takut jarum suntik, jadi cara mengedukasinya coba donor darah sekali, harapannya setelah donor sekali sudah merasakan jarum suntik, jadi lanjut donor darah rutin tidak sekali itu saja.
Selain itu teman saya juga menambahkan, dengan donor darah kita mengetahui jenis golongan darah sendiri, ketika anggota keluarga ada yang membutuhkan darah, sedangkan golongan darahnya harus sama, kita bisa respon cepat dengan mendonorkan darahnya.
Penutup
Dari memperhatikan kisah diatas, kita lihat bagaimana perjuangan mencari pendonor, untuk itu bagi yang mengerti tentang donor darah berilah edukasi kepada teman-temannya tentang ajakan donor darah, dengan begitu harapannya stok darah di PMI terjaga, pasien yang membutuhkan transfusi darah bisa segera terlayani, dan mengurangi beban keluarga dimana jika stok kosong harus mencari pendonor.
Kemudian jangan berdonor darah saat ada yang membutuhkan saja, karena darah yang diperoleh tidak bisa langsung ditansfusikan ke pasien, tetapi harus melalui proses dilaboratorium untuk mencocokan darah pasien dan darah dari pendonor.
Jadilah pendonor rutin 3 bulan sekali, jika persediaan stok darah sehat di PMI ada, pasien bisa cepat terlayani, sebaliknya jika stok kosong, harus mencari pendonor dulu, sedangkan pasien sudah sangat membutuhkan untuk segera ditransfusi.